Menangis Karena Allah
MENANGIS KARENA ALLAH
Segala puji hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkanAllah Subhanahu wa Ta’ala semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Sesungguhnya seseorang yang mampu menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka itu sebagai bukti nyata atas keimanan seorang hamba serta rasa takut yang dimilikinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan –Dia telah memuji mereka dalam banyak firman -Nya, seperti salah satunya ialah dalam firman-Nya:
قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ ١٠٧ وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولٗا ١٠٨ وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعٗا۩ ١٠٩ [الإسراء: 107-109]
“Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. Dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’. [al-Israa’/17: 107-109].
Demikian pula dalam firman -Nya:
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٖ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنۡ هَدَيۡنَا وَٱجۡتَبَيۡنَآۚ إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُ ٱلرَّحۡمَٰنِ خَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ وَبُكِيّٗا ٥٨ [ مريم: 58]
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”. [Maryam/19: 58].
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang beriman dari kalangan pemilik hati yang lembut, yang tidak mampu menguasi dirinya untuk mencucurkan air mata manakala dirinya mendengar ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dibacakan atau karena takut ketinggalan amal shaleh yang dicintainya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan hal tersebut didalam kisah mereka:
﴿ وَإِذَا سَمِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعۡيُنَهُمۡ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمۡعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ ٱلۡحَقِّۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكۡتُبۡنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ ٨٣ [المائدة: 83]
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad)”. [al-Maaidah/5: 83].
Hal senada juga Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam firman -Nya yang lain, yang berbunyi:
وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ قُلۡتَ لَآ أَجِدُ مَآ أَحۡمِلُكُمۡ عَلَيۡهِ تَوَلَّواْ وَّأَعۡيُنُهُمۡ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمۡعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُواْ مَا يُنفِقُونَ ٩٢ [التوبة: 92]
“Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu engkau berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan”. [at-Taubah/9: 92].
Menangis karena takut Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan sebab mendapat naungan dibawah Arsynya -Nya pada hari kiamat. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ –وذكر منها- وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Tujuh golongan yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala beri naungan dibawah naungan –Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan –Nya. –kemudian beliau menyebut salah satunya ialah- . “Dan seseorang yang bila mengingat –Allah Subhanahu wa Ta’ala sendirian air matanya mengalir (karena takut)”. [HR Bukhari no: 1423. Muslim no: 1031].
Salah satu keutamaan menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah menjadi amalan yang paling dicintai oleh -Nya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam sunannya, dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوعٍ فِي خَشْيَةِ اللَّهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَثَرٌ فِي فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ » [أخرجه الترمذي]
“Tidak ada sesuatu yang lebih Allah Subhanahu wa Ta’ala cintai dari dua tetesan serta dua bekas. Tetesan air mata dikarenakan takut kepada –Nya dan tetesan darah yang mengalir dijalan Allah. Adapun dua bekas itu, bekas yang ditinggalkan dijalan Allah, dan bekas kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah“. [HR at-Tirmidzi no: 1669. Beliau berkata Hadits hasan gharib. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/133 no: 11363].
Menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai faktor yang akan menyelamatkan dirinya. Seperti hadits yang menerangkan hal tersebut dalam sunan Tirmidzi dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, apakah keselamatan itu? Beliau menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ » [أخرجه الترمذي]
“Engkau menahan lisanmu, melapangkan rumahmu, serta engkau menangis karena kesalahan yang pernah engkau lakukan”. [HR at-Tirmidzi no: 2406. Beliau berkata hadits hasan].
Akan menjadikan dirinya terbebas dari api neraka. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ » [أخرجه الترمذي]
“Seseorang yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan dimasukkan ke dalam neraka, hingga air susu kembali ke kelenjarnya. Tidak mungkin berkumpul padanya debu dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan asap api neraka“. [HR at-Tirmidzi no: 1633].
Beliau berkata hadits hasan shahih. Makna sabda Nabi: “Hingga air susu kembali ke kelenjarnya”. Sebuah kiasan yang menunjukan sangat mustahil hal itu terjadi. Yaitu dimasukkan ke dalam neraka serta berkumpulnya debu dan asap neraka.
Kiat dan Faktor untuk bisa Takut kepada Allah:
1. Mengingat kematian.
Berdasarkan hadits yang telah lalu, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ –يعني الموت- » [أخرجه الترمذي]
“Perbanyaklah kalian untuk mengingat pemutus tali kenikmatan –yaitu kematian-“. [HR at-Tirmidzi no: 2307. Beliau berkata hadits hasan shahih gharib].
Seorang mukmin apabila sering mengingat kematian akan menjadikan hatinya lembut, sehingga mudah untuk mengalirkan air mata, dan yang paling penting, dirinya akan mengambil sarana untuk zuhud dalam kehidupannya.
2. Membaca al-Qur’an seraya merenungi makna kandungannya, demikian pula mendengarkan bacaan al-Qur’an secara khusyu’.
Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam sunannya dari Abdullah bin asy-Syihir radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الرَّحَى مِنْ الْبُكَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [أخرجه أبو داود]
‘Aku pernah melihat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sholat dan terdengar dari dada beliau suara gemuruh karena menangis“. [HR Abu Dawud no: 904. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 1/170 no: 799].
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bagaimana kecintaan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata padaku: ‘Bacakanlah al-Qur’an untukku’. Lalu aku menjawab: ‘Wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, apakah aku akan membaca al-Qur’an sedang ia diturunkan padamu? Sesungguhnya aku senang untuk mendengar bacaan dari orang lain, alasan beliau. Maka aku membaca surat an-Nisaa’ hingga ketika sampai pada ayat yang bunyinya:
فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۢ بِشَهِيدٖ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدٗا ٤١ [النساء: 41]
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu”. [an-Nisaa’/4: 41].
Aku mengangkat kepala, atau ada seseorang disampingku yang mencolek diriku sehingga aku mengangkat kepala, maka aku dapati beliau air matanya meleleh karena menangis”. [HR Bukhari no: 4582. Muslim no: 800].
3. Ziarah kubur dan mengingat hari akhir.
Hal itu, sebagaimana yang ditunjukan sebuah hadits shahih oleh al-Hakim didalam mustadraknya, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنه يرق القلب و تدمع العين و تذكر الآخرة و لا تقولوا هجرا » [أخرجه الحاكم]
“Dulu aku pernah melarang kalian ziarah kubur, ketahuilah (sekarang) ziarahlah kekubur, sesungguhnya itu dapat melunakkan hati, menyebabkan air mata menetes, dan mengingatkan pada hari akhir, dan janganlah kalian berkata buruk“. [HR al-Hakim 1/711 no: 1433. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahihul Jami’ no: 4584].
Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan. Dari Bara bin Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ فِي جِنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى ثُمَّ قَالَ “ يَا إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا
‘Kami pernah bersama Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengiringi jenazah, ketika telah dikubur beliau duduk disamping kuburannya, lalu beliau menangis hingga membasahi bajunya, kemudian beliau bersabda: “Wahai para sahabatku, untuk perkara seperti inilah kalian harus siap-siap“. [HR Ibnu Majah no: 4195. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibni Majah no: 3383].
Kalau Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam saja menangis sampai air matanya membasahi bajunya, sedangkan beliau adalah penghulu makhluk dari generasi pertama hingga yang paling akhir, yang telah diampuni dosa-dosanya, baik yang telah lewat maupun yang akan datang, lantas bagaimana dengan kita, yang masih banyak melakukan perbuatan dosa dan maksiat? kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mudah-mudahan memperlakukan kita dengan ampunan dan kasih saying -Nya.
Disebutkan pula dalam riwayat Tirmidzi sebuah hadits dari Hani mantan sahaya Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, dirinya bercerita: ‘Adalah Utsman, beliau biasa menangis apabila telah berdiri disamping kuburan hingga air matanya membasahi jenggotnya. Pernah beliau berkata padaku: ‘Sungguh ini mengingatkan pada surga dan neraka, kenapa engkau tidak menangis, menangislah karena ini? sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ ” . قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ” مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
“Sesungguhnya kubur ialah kampung pertama menuju kampung akhirat, bila ia selamat darinya maka yang setelahnya lebih mudah untuknya, dan jika dia tidak bisa selamat darinya maka yang sesudahnya akan lebih keras lagi“. Dalam redaksi lain beliau mengatakan: ‘Aku pernah mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah aku pernah melihat suatu pemandangan yang lebih buruk melainkan kubur adalah tempat yang paling mengerikan“. [HR at-Tirmidzi no: 2308. Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/267 no: 1878].
4. Melatih untuk menangis. Ini bukan menangis akan tetapi usaha untuk menjadi orang yang mudah menangis, tujuannya agar melatih hati menjadi lembut.
Imam Ibnu Qoyim pernah menyebutkan beberapa jenis tangisan, beliau mengatakan: “Dan sekiranya dia berusaha dengan membebani diri untuk menangis maka ini dinamakan at-Tabaaki. Dan ini ada dua macam, yang terpuji dan satunya lagi tercela. Yang terpuji jika mengantarkan hati menjadi lembut dan merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan karena untuk riya’ dan sombong.
Adapun yang tercela yaitu jika bertujuan untuk menolehkan pandangan makhluk. Dan Umar bin Khatab pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dimana dirinya pernah melihat beliau dan Abu Bakar menangis ketika perang Badr: ‘Kabarkan padaku kenapa engkau dan sahabatmu menangis? Jika aku mendapati ada sesuatu yang bisa membikinku menangis maka aku turut kalian menangis jika tidak ada maka aku akan berusaha agar diriku bisa menangis karena tangisan kalian berdua”. HR Muslim no: 1763. Dan disini Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari Umar dalam masalah ini”.[1]
Kemungkinan faktor terbesar kenapa mata sulit untuk mengalirkan air mata dan susah menangis ketika takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah karena hatinya keras seperti batu. Dan tidak ada hukuman yang lebih besar bagi seorang hamba melainkan ketika hatinya mengeras seperti batu, bahkan tidaklah neraka diciptakan kecuali supaya hati ini bisa mencair, luluh karena khawatir dengannya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencela orang yang hatinya keras seperti batu, dalam firman –Nya menyebutkan:
فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ٢٢ [الزمر: 22]
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. [az-Zumar/39: 22].
Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi seorang hamba untuk mencairkan hatinya yang telah mengeras dengan cara mengingat Allah, ziarah kubur, mengingat kematian, hari akhir serta kondisi yang akan terjadi pada hari kiamat.[2]
Kita akhiri kajian kita kali ini dengan mengucapkan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan seluruh para sahabatnya.
[Disalin dari البكاء من خشية الله Penulis Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
______
Footnote
[1] Lihat Zaadul Ma’ad 1/178.
[2] Lihat pembahasannya yang lebih luas dalam risalah al-Buka’u min Khasyatillah karya Syaikh Abdul Haid Wahbi.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/35810-menangis-karena-allah.html